Rabu, 07 Maret 2012
Allah hanya memanggil kita 3 kali saja seumur hidup
Selama 17 Tahun Hidup di Kuburan ???
Pernahkah Anda mengetahui kisah ini?
Kisah seorang pemuda yang hidup selama 17 tahun dalam kuburan?
Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan.
Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dalam kuburan itu sendiri.
Bagaimana kisahnya?
Anda mungkin tidak akan mempercayai kisah ini, karena pemuda ini lahir dari keluarga berada.
Ayah dan Ibunya orang yang terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah.
Dalam pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yang sempurna,
namun orang hanya bisa menilai apa yang tampak.
Orang-orang tidak tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dalam kuburan,
dan menjalani hidup selama 17 tahun di dalam kuburan!
Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan.
Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.
Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17,
orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.
Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya,
ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?
Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17.
Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan.
Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tidak meminta banyak, saya hanya minta satu hal.” “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu”
“Ayah dan Ibu berjanji?”
“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”
“Ayah… Ibu… saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan”
“Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”
“Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku,
dan hanya itu permohonanku, Yah.”
“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tidak mengerti, Nak.”
“Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tidak seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Al-Quran.
Sedangkan Rasulullah pernah mengatakan
bahwa rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya adalah seperti kuburan.
Saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan, Yah.”“
”Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.
“Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah mengajariku bagaimana membaca Al-Quran.
Memang rumah ini mewah, besar dan orang-orang melihatnya sebagai istana.
Tapi mereka tidak tahu, bahwa di mata Rasulullah, rumah ini seperti kuburan.
Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah..
Aku tidak ingin lagi tinggal di kuburan.
Ajarilah aku membaca Al-Quran, agar rumah ini bercahaya dengan cahaya Al-Quran.
”Renungan Di manakah kalian selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?
karena Rasulullah mengibaratkan rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya,
seperti kuburan..
Jadi, di manakah sebenarnya kalian tinggal saat ini?
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan Al-Quran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kisah seorang pemuda yang hidup selama 17 tahun dalam kuburan?
Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan.
Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dalam kuburan itu sendiri.
Bagaimana kisahnya?
Anda mungkin tidak akan mempercayai kisah ini, karena pemuda ini lahir dari keluarga berada.
Ayah dan Ibunya orang yang terpandang dan memiliki kekayaan yang berlimpah.
Dalam pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yang sempurna,
namun orang hanya bisa menilai apa yang tampak.
Orang-orang tidak tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dalam kuburan,
dan menjalani hidup selama 17 tahun di dalam kuburan!
Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan.
Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.
Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17,
orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.
Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya,
ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?
Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17.
Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan.
Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tidak meminta banyak, saya hanya minta satu hal.” “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu”
“Ayah dan Ibu berjanji?”
“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”
“Ayah… Ibu… saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan”
“Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”
“Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku,
dan hanya itu permohonanku, Yah.”
“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tidak mengerti, Nak.”
“Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tidak seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Al-Quran.
Sedangkan Rasulullah pernah mengatakan
bahwa rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya adalah seperti kuburan.
Saya tidak ingin tinggal lagi di kuburan, Yah.”“
”Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.
“Ayah dan Ibu bahkan tidak pernah mengajariku bagaimana membaca Al-Quran.
Memang rumah ini mewah, besar dan orang-orang melihatnya sebagai istana.
Tapi mereka tidak tahu, bahwa di mata Rasulullah, rumah ini seperti kuburan.
Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah..
Aku tidak ingin lagi tinggal di kuburan.
Ajarilah aku membaca Al-Quran, agar rumah ini bercahaya dengan cahaya Al-Quran.
”Renungan Di manakah kalian selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?
karena Rasulullah mengibaratkan rumah yang tidak pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya,
seperti kuburan..
Jadi, di manakah sebenarnya kalian tinggal saat ini?
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat.
Silakan di-share untuk teman Anda,
sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun.
Jika mereka tergerak hatinya untuk menghidupkan Al-Quran di tempat tinggalnya setelah membaca artikel yang Anda share, maka semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Adzan Telah Menyembuhkannya
Dering suara Hand Phone (HP) di malam nan sunyi membangunkan tidur Syekh Abdurrahman yang sedang beristirahat di rumahnya. Saat itu jam menunjukkan pukul 10 malam. Dilayar HP beliau Muncul nomor yang tidak dikenal.
Syekh sebenarnya ingin tidak mengangkatnya, namun karena beliau penasaran akhirnya beliau mengangkatnya dan mulai menyapa, “Assalamu’alaikum, Who is this?”.
Kemudian penelpon itu menjawab “Wa’alaikumussalam, This is me Syekh, Ahmed from Bully, Syekh I am so sorry to call you late night. Syekh Please, come here, my Brother is unconscious, he got accident, and The Doctor said that he can’t help him and his live is only waiting for death. Please help us!”.
Kemudian Syekh Abdurrahman baru paham kalau yang menelpon itu adalah salah seorang pengurus masjid besar Bully, New South Wales Australia.
Syekh Abdurrahman kenal Ahmed karena di daerah Illawara new south wales, pengurus masjid terdaftar dengan rapi dan mendapat pengakuan dari pemerintah. Mereka sering ketemu apabila ada acara Fun Raising, Ied Festival, bahkan acara-acara yang diadakan oleh pemerintah Australia.
Sejenak Syekh Abdurrahman bangun dari tempat tidurnya. Kemudian beliau bergegas berangkat setelah mendapatkan sebuah nomor kamar di Wollongong Hospital dari si penelpon.
“Assalamualaikum,” sapanya ketika memasuki ruangan dimana si Abdulloh terbaring tak berdaya. Perban serta bau obat meliputi disekujur tubuhnya. “Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah, Syekh, Thanks for your coming, please syekh say something to Abdurrahman, Doctor can’t do more, and said that he will die…, please say something to Abdurrahman.” Pinta kakaknya dengan menangis.
Syekh memandang di sekitar ruangan itu telah ada beberapa keluarga yang juga menangis. “Ok, calm down, I will speak to him, please don’t cry here, because it can make him sad,” kata Syekh Abdurrahman. Kemudian Syekh Abdurrahman mendekat ke tubuh Abdulloh yang penuh dengan luka.
Dilihatnya sebuah sosok yang masih hidup, tetapi tidak bergerak sedikitpun, bahkan menggerakkan bibir dan mengedipkan mata saja ia tak mampu. Kemudian Syekh Abdurrahman duduk tepat disebelah kanan kepala Abdulloh, sehingga memungkinkan beliau untuk berbicara ditelinga Abdulloh dengan jarak paling dekat.
Sejenak Beliau berdoa dan kemudian menggenggam lemah tangan Abdulloh. “Assalamu’alaikum brother, this is me, Syekh Abdurrahman From Wollongong, Brother, I come here to meet you, I know that you’re good Moslem, you help Allah’s to call adzan every day from the mosque, you remind people to pray in the mosque with you, I do sure that everybody and Allah love you brother, Allah will help you, He will give you health and happiness.
Brother, we still love you to call adzan everyday in the mosque, could you please call adzan again, Allah love it, please call adzan for us, we will pray with you now”. (Assalamu’alaikum saudaraku, saya adalah Syekh Abdurrahman dari Wollongong. Saudaraku, saya datang kesini untuk menemuimu, saya tahu kalau kamu adalah muslim yang baik, kamu telah menolong Allah untuk mengumandangkan adzan setiap hari dari masjid.
Kamu mengingatkan orang-orang untuk sholat di masjid, saya sangat yakin kalau setiap orang dan Allah menyayangi kamu, Allah akan menolong kamu, Dia akan memberimu kesehatan dan kebahagiaan.
Saudaraku, kami masih ingin mendengar engkau mengumandangkan adzan dimasjid, dapatkah engkau melakukannya, Allah akan menyukainya, Tolong engkau kumandangkan adzan untuk kami, kami akan sholat denganmu sekarang).
Sejenak terlihat airmata keluar dari kedua mata dan menetes melewati pipi Abdulloh. Tak berapa lama kelopak matanya bergerak-gerak perlahan, kemudian matanya membuka sedikit demi sedikit. Bibirnyapun kemudian bergerak-gerak perlahan, seolah ia berusaha untuk mengumandangkan adzan.
Syekh Abdurrahman memandang wajah Abdulloh dengan tersenyum, “Alhamdulillah” keep going brother, I know you’re calling adzan for us”. (Alhamdulillah, teruskan saudaraku, saya tahu engkau sedang mengumandangkan adzan untuk kami).
Dan… Subhanallah, secara tidak diduga monitor alat pendeteksi jantung yang dipasangkan di tubuh abdulloh menunjukkan kerja jantung Abdulloh yang berangsur-angsur menjadi normal yang menunjukkan Abdulloh telah sehat kembali.
Ahmed yang mengetahui hal itu kemudian melakukan sujud syukur di dalam ruangan itu, kemudian diikuti saudaranya yang lain. Ahmed kemudian memeluk Syekh Abdurrahman dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.
Tak berapa lama Sang Dokter muncul kembali dan mengecek kesehatan Abdulloh. Seraya ia bertanya, “What was happen? What did you gave to him?” Ia bertanya kepada Ahmed, yang berada di dekatnya. “Adzan” Jawab Ahmed dengan tersenyum.
“Adzan? Was Adzan cured him?” (Apakah adzan yang telah menyembuhkannya?) Tanya sang dokter kepada Syekh Abdurrahman yang juga masih berada disitu? “Yes, Allah cured him by adzan,” jawab Syekh Abdurrahman dengan tersenyum pula.
Sang dokter yang bukan muslim tersebut semakin terheran-heran, kemudian ia mengangguk-angguk, ikut tersenyum dan berkata kepada Syekh Abdurrahman. “Someday I will ask you about adzan, please give your number to me,” katanya. “Sure,” jawab syekh Abdurrahman dengan penuh keyakinan.
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad [47] : 7)
Subhanallah.
Senin, 09 Januari 2012
JANGAN TERLALU CEPAT MENILAI !
Illustrasi kehidupan yang luar biasa…
Mudah-mudahan sempat dibaca.
Seorang dokter yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi…
Ayah dari anak yang akan dioperasi menghampirinya.
“Kenapa lama sekali Anda sampai ke sini? Apa Anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?”, labrak si ayah.
Dokter itu tersenyum, “Maaf, saya sedang tidak di RS tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS.”
Lalu ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya. “Syukurlah, keadaan anak Anda kini sudah stabil.”
Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata “Suster akan membantu Anda jika ada yang ingin Anda tanyakan.”
Dokter tersebut berlalu.
“Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!”, protes sang ayah berkata kepada suster.
Sambil meneteskan airmata suster menjawab: “Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore. Ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak Anda. Sekarang anak Anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung.”
*****
JANGAN PERNAH TERBURU-BURU MENILAI SESEORANG.
Berusahalah untuk selalu maklumi orang-orang yang berada di sekeliling kita yang mungkin menyimpan cerita kehidupan yang tidak bisa kita bayangkan.
Ada air mata dibalik setiap senyuman…
Ada kasih sayang dibalik setiap amarah…
Ada pengorbanan dibalik setiap ketidakpedulian…
Ada harapan dibalik setiap kesakitan…
Ada kekecewaan dibalik setiap derai tawa…
Semoga illustrasi kehidupan ini bermanfaat agar kita menjadi manusia dengan rasa maklum yang semakin luas dan selalu bersyukur atas Hal baik yang telah dirasakan dalam kehidupan ini.
INGAT, kita bukan satu-satunya manusia dengan segudang masalah…
Tersenyumlah ..
Senyum mampu membasuh setiap luka batin …
Maafkanlah…
Maaf mampu menyembuhkan semua rasa sakit dalam batin …
Berbahagialah.
Mudah-mudahan sempat dibaca.
Seorang dokter yang sedang bergegas masuk ke dalam ruang operasi…
Ayah dari anak yang akan dioperasi menghampirinya.
“Kenapa lama sekali Anda sampai ke sini? Apa Anda tidak tau, nyawa anak saya terancam jika tidak segera di operasi?”, labrak si ayah.
Dokter itu tersenyum, “Maaf, saya sedang tidak di RS tadi, tapi saya secepatnya ke sini setelah ditelepon pihak RS.”
Lalu ia menuju ruang operasi, setelah beberapa jam ia keluar dengan senyuman di wajahnya. “Syukurlah, keadaan anak Anda kini sudah stabil.”
Tanpa menunggu jawaban sang ayah, dokter tersebut berkata “Suster akan membantu Anda jika ada yang ingin Anda tanyakan.”
Dokter tersebut berlalu.
“Kenapa dokter itu angkuh sekali? Dia kan sepatutnya memberikan penjelasan mengenai keadaan anak saya!”, protes sang ayah berkata kepada suster.
Sambil meneteskan airmata suster menjawab: “Anak dokter tersebut meninggal dalam kecelakaan kemarin sore. Ia sedang menguburkan anaknya saat kami meneleponnya untuk melakukan operasi pada anak Anda. Sekarang anak Anda telah selamat, ia bisa kembali berkabung.”
*****
JANGAN PERNAH TERBURU-BURU MENILAI SESEORANG.
Berusahalah untuk selalu maklumi orang-orang yang berada di sekeliling kita yang mungkin menyimpan cerita kehidupan yang tidak bisa kita bayangkan.
Ada air mata dibalik setiap senyuman…
Ada kasih sayang dibalik setiap amarah…
Ada pengorbanan dibalik setiap ketidakpedulian…
Ada harapan dibalik setiap kesakitan…
Ada kekecewaan dibalik setiap derai tawa…
Semoga illustrasi kehidupan ini bermanfaat agar kita menjadi manusia dengan rasa maklum yang semakin luas dan selalu bersyukur atas Hal baik yang telah dirasakan dalam kehidupan ini.
INGAT, kita bukan satu-satunya manusia dengan segudang masalah…
Tersenyumlah ..
Senyum mampu membasuh setiap luka batin …
Maafkanlah…
Maaf mampu menyembuhkan semua rasa sakit dalam batin …
Berbahagialah.
Langganan:
Postingan (Atom)